Lanjutan 2… Kopi di Kerintji
Pada masa Kolonial Belanda di alam Kerinci terdapat pusat Onderneming dengan 3 lokasi perkebunan yang dibangun oleh Belanda yakni Kopi di kawasan Batang Merangin (1928), Kina dan teh di Pulau Sangkar dan Kayu Aro.
Untuk mewujudkan pembangunan kebun Kopi, kina dan teh pada tiga lokasi onderneming tersebut, Belanda mendatangkan tenaga kerja (Koeli Kontrak) dari pulau Jawa. Usaha perkebunan Kopi Belanda membuka lahan perkebunan di kawasan Pematang Lingkung Batang Merangin, bedeng 4,5,6,7,8 dan bedeng 12. Untuk Kina/Teh dibanggun pemukiman di kebun baru dan kebun lima, sementara untuk teh dan kopi di wilayah Kebun Baru-Pulau Sangkar dan Batang Merangin, dan teh pembangunan dihentikan dan dibangun di kawasan Kayu aro di kaki Gunung Kerinci dengan pusat di kawasan Bedeng VIII, Sungai Jambu, Kersik Tuo hingga ke kaki gunung Kerinci.
Namun sebelum belanda, tanaman kopi di Kerinci sudah ada, berdasarkan catatan William Marsden seorang pegawai EIC ( East India Company) dalam bukunya History Of Sumatera 1780, ia bersama adiknya seorang Dokter John Marsden dan rekan rekannya di Bengkulu Charles Miller dan John Chrisp yang punya peranan penting memberi informasi sebelum William datang lansung, di bukunya William Marsden menulis, ia menemukan tanaman kopi sudah banyak di tanam oleh penduduk setempat di daerah Bengkulu dan Kerinci, namun kualitasnya jelek, dan jarak tanamnya terlalu dekat dan tidak beraturan, dalam catatan lain seorang Kapten Belanda 1902, menyebutkan masyarakat Kerinci sudah ada tradisi minum kopi, namun tidak buahnya tapi dari daunnya yang di tuang di dalam bambu.
-- (Artikel 3) --